Pacaran di Usia Remaja, Apakah Bisa Picu Tindak Kriminal?

LAMPUNGKU39NEWS-Pacaran di usia remaja adalah fenomena umum yang sering ditemui dalam kehidupan sosial remaja. Namun, apakah hubungan romantis di usia dini ini dapat memicu tindak kriminal? Pertanyaan ini semakin relevan di tengah meningkatnya kasus-kasus kekerasan yang melibatkan remaja.

Psikolog remaja, Dr. Lestari Sulastri, menjelaskan bahwa pacaran di usia remaja bisa menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, hubungan ini dapat memberikan dukungan emosional dan pengalaman sosial yang positif. Di sisi lain, jika tidak dibarengi dengan pendidikan emosional yang memadai, pacaran di usia remaja bisa menjadi sumber konflik dan perilaku negatif.

“Remaja sering kali belum matang secara emosional dan cenderung impulsif. Jika mereka tidak dibimbing dengan baik, konflik dalam hubungan bisa berujung pada tindak kekerasan atau kriminal,” ujar Dr. Lestari dalam seminar bertema “Remaja dan Tantangan Sosial” yang diadakan di Jakarta, Sabtu (23/11).

Menurut data yang dirilis oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), terdapat peningkatan kasus kekerasan yang dilakukan oleh remaja dalam beberapa tahun terakhir. Sebagian besar dari kasus tersebut terkait dengan masalah dalam hubungan pacaran. Ketua KPAI, Susanto, menyatakan bahwa konflik dalam hubungan romantis bisa mendorong remaja untuk melakukan tindakan kriminal, seperti penganiayaan atau perusakan properti.

“Pacaran tidak sehat dapat memicu tindak kekerasan karena remaja belum memiliki keterampilan mengelola emosi dan konflik dengan baik,” jelas Susanto. “Penting bagi orang tua dan guru untuk memberikan pendidikan mengenai hubungan yang sehat dan bagaimana mengatasi konflik secara konstruktif.”

Untuk mengatasi masalah ini, berbagai pihak mendorong adanya pendidikan emosional dan sosial di sekolah-sekolah. Hal ini bertujuan agar remaja dapat belajar mengelola emosi, memahami batasan dalam hubungan, dan menyelesaikan konflik tanpa kekerasan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, erlangga hartarto , juga menekankan pentingnya pendidikan karakter dalam kurikulum sekolah. “Pendidikan karakter harus diintegrasikan dalam proses belajar mengajar untuk membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional dan sosial,” katanya.

Seiring dengan upaya pendidikan, peran orang tua juga sangat krusial dalam membimbing anak-anak mereka. Orang tua diharapkan dapat menjadi teladan yang baik dan menyediakan ruang bagi anak-anak untuk berdiskusi tentang masalah-masalah mereka, termasuk dalam hubungan pacaran.

“Komunikasi terbuka antara orang tua dan anak sangat penting. Orang tua harus memberikan pemahaman tentang hubungan yang sehat dan konsekuensi dari perilaku negatif,” tambah Dr. Lestari.

Dengan pendidikan yang tepat dan dukungan dari lingkungan sekitar, diharapkan remaja dapat menjalani hubungan pacaran yang sehat dan terhindar dari perilaku yang dapat memicu tindak kriminal. (H-2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *